Judul Asli : Nahwa Jil Muslim Adda’wah Ilallah Da’wah Fardhiyah
Penulis : Syaikh Mushthafa Masyhur
Penerjemah : Hamim Thohari, B.A. IRKH (Hans)
Penerbit : Al-I’tishom Cahaya Umat, Jakarta Timur
Tahun : 2001
Ukuran Buku : 55 ha1; 10,5 cm x 16 cm
ISBN : 979-96041-2-5
Edisi Cetakan : Cetakan IV, Juli 2004
Merekrut manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang mahal. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui dakwah fardiyah. Banyak pengalaman orang lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah. Terkadang memang melakukan dakwah fardiyah memerlukan kiat tersendiri.
Berikut ini kiat praktis dakwah fardiyah :
Tahapan Pertama
Yaitu membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi. Dengan menanyakan dan selalu memperhatikan disaat mad’u tidak ada. Demikian seterusnya tanpa berbicara langsung tentang masalah dakwah, agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima perkataan yang dapat diambil manfaat.
Upaya ini untuk menarik simpati darinya agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima perbincangan yang dapat diambil manfaat sehingga pembicaraan berikutnya dapat berlangsung terus. Pembinaan hubungan dengannya dilakukan secara intens sehingga obyek dakwah mengenal orang yang mengajaknya sebagai orang yang enak untuk berteman dan berkomunikasi.
Tahapan Kedua
Yaitu membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaklah tidak langsung diarahkan pada masalah iman, namun sebaiknya berjalan secara tabi’i, seolah-olah tidak disengaja dengan memanfaatkan moment tertentu untuk memulai mengajaknya berbicara tentang persoalan keimanan seperti ketika seperti melihat burung, tumbuhan, serangga atau apa saja ciptaan Allah swt.
Melalui pembicaraan yang tabi’i, persoalan yang dipaparkan akan mudah mendapatkan sambutan. Dari sambutan yang disampaikannya mengenai beberapa hal dapat ditindaklanjuti dengan meningkatkan gairah keimanannya. Gairah keimanan yang timbul darinya akan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Dari situlah muncul perhatian yang besar terhadap masalah-masalah keislaman dan keimanan.
Tahapan Ketiga
Yaitu dengan memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenal perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan.
Misalnya dengan membekalinya dengan bahan-bahan bacaan dari referensi yang sederhana, seperti Dasar-dasar Islam, Prinsip-prinsip Islam (Abul ‘Alaa Al Maududi), dan lain-lainnya. Disamping bekalan bahan-bahan bacaan juga perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang baik dan komunitas masyarakat yang shalih agar dapat menjaga nilai-nilai yang telah tertanam dan meneladani kehidupan orang shalih. Mutaba’ah dan pemantauan dalam tahap ini memerlukan kesabaran yang tinggi sehingga dapat membimbing perjalanannya di atas jalan dakwah dan terhindar dari faktor-faktor yang buruk.
Tahapan Keempat
Yaitu menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil (menyeluruh/ komprehensif), dengan syarat niat yang benar dan mencontoh segala perbuatan yang sesuai dengan Rasulullah.
Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil agar memiliki kepahaman yang shahih tentang ibadah disertai niat yang benar dan berdasarkan syara’. Pemahaman yang tidak sempit terhadap ibadah. Ibadah bukan sebatas rukun Islam yang empat saja (shalat, puasa, zakat, dan haji). Akan tetapi pengertian ibadah yang luas sehingga memahami bahwa setiap ketundukan seorang hamba padaNya dengan mengikuti aturan yang telah digariskan akan bernilai ibadah.
Tahapan Kelima
Yaitu dengan menjelaskan kepada obyek dakwah (mad’u), bahwa keberadaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri, hanya sebagai seorang muslim yang taat menjalankn kewajiban ritual, berprilaku baik an tidak menyakiti orang lain lalu selain itu tidak ada lagi. Seorang muslim pemahaman nya harus mendorong kita agar bersedia memikul segala kewajiban dan tanggungjawab sosial, semata-mata karena Allah, supaya masyarakat kita berdiri diatas prinsipo-prinsip islam dalam segala aspek.
Tahapan Keenam
Yaitu penyadaran atas kewajiban tadi tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu.
Menjelaskan kewajiban untuk mengemban amanah umat dan permasalahannya. Kewajiban di atas tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. Masing-masing orang secara terpisah tidak akan mampu menegakkannya. Maka perlu sebuah jama’ah yang memadukan potensi semua individu untuk memperkuat tugas memikul kewajiban berat tersebut. Dari tahap ini obyek dakwah disadarkan tentang pentingnya amal jama’i dalam menyelesaikan tugas besar ini.
Tahapan Ketujuh
Yaitu kita jelaskan tentang kesadaran seorang objek dakwah (mad’u) terhadap kepentingan sebuah jama’ah. Akan timbul dalam jiwanya pertanyaan “ Dengan jama’ah mana ia akan bergabung. Tahapan ini memeng agak rumit sehingga membutuhkan hikmah dan kekuatan argumentasi dan penjelasan yang menyakinkan.
Oleh karena itu harus dijelaskan padanya bahwa bergabung dengan sebuah jama’ah harus meneliti perjalanan jama’ah tersebut. Jangan sampai terburu-buru untuk menentukan pilihan terhadap sebuah jama’ah yang akan dijadikannya sebagai wahana merealisasikan dasar-dasar Islam.
Demikianlah langkah-langkah dalam melaksanakan dakwah fardiyah. Selamat mengamalkan, semoga Allah SWT memudahkan kita membimbing saudara-saudara kita ke jalanNya. Aamiin.
Orang yang besar dan agung ialah yang mengerti apa yang sedang dikerjakannya dan apa yang harus ia lakukan. "Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?" (QS. Al Anbiyaa’ : 50).
Allahu a’lam
0 komentar:
Post a Comment
Terimakasih telah membaca,
Semoga perjumpaan kali ini berkesan di hati sahabat-sahabat sekalian, silahkan diambil manfaatnya, serta dibawa pulang oleh-oleh pelajaran dan ilmunya. :)
Jika ingin meninggalkan jejak dan ingin mengirimkan komentar, Silahkan isi kotak komentar di bawah ini...