Tuesday, August 28, 2012
Resolusi Jihad Bung Tomo; Merdeka atau Mati
Merdeka!!! Merdeka!!!
Saya masih bingung dengan pengertian ini. Apa kita sudah dapat disebut merdeka?? Atau cuma merdeka-merdekaaan??? ah... entahlah...
Tapi jika saya bayangkan, Pengucapan kata MERDEKA!!! pada era perjuangan, mungkin kita bisa menangis tidak karuan. apalagi jika dibandingkan "Merdeka" sekarang. Bahkan terlintas dalam benak saya, apa lebih baik kita tidak merdeka mungkin ya???? Dulu pejuang kita rela mengorbankan apapun demi suatu kata MERDEKA!!! hanya saja ruh dan makna yang tersirat sangat mendalam.
Membayangkan hal yang demikian, bagaimanakah seharusnya kita bersikap?? apakah kita sudah benar-benar menjadi bangsa yang merdeka?? Atau malah kita kembali terjajah dengan perkembangan dunia yang ada??? Atau negara ini sudah semakin bobrok??? Jawabannya adalah Ya!!! Bangsa ini sudah merdeka secara de facto dan de jure.
Semoga, kita benar-benar menjadi bangsa yang merdeka!!! Apakah makna yang tersirat?? simak Naskah Pidato Bung Tomo :
Bismillahirrahmanirrahim…
Merdeka!!!
Saoedara-saoedara ra’jat djelata di seloeroeh Indonesia,
teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja
Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.
Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara djepang.
Mereka telah minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.
Saoedara-saoedara,
didalam pertempoeran-pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa
ra’jat Indonesia di Soerabaja
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini,
didalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing dengan pasoekan-pasoekan ra’jat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng,
telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,
telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana
Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara
Dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.
Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra’jat Indonesia,
ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini
Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
ini djawaban ra’jat Soerabaja
ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian
Hai tentara Inggris!,
kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe,
menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,
kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari djepang oentoek diserahkan kepadamoe
Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada,
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,
maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
Saoedara-saoedara ra’jat Soerabaja,
siaplah keadaan genting
tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
Dan kita jakin, saoedara-saoedara,
pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
pertjajalah saoedara-saoedara,
Toehan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…!
MERDEKA!!!
Sungguh pidato di atas benar-benar Pidato yang membuat kita merinding dan tergugah untuk meneruskan Perjuangan para pendahulu kita. Namun, pertanyaan besar yang harus kita jawab adalah, Masihkah semangat itu kini masih ada pada diri kita dan para pemimpin negara kita? Jawabannya terletak pada jiwa masing-masing rakyat Indonesia. Dan ini adalah kewajiban kita sebagai Para Pemuda Generasi Penerus Bangsa ini untuk mewujudkannya.
Saturday, August 25, 2012
Mendengar Al-Qur'an Online
Saya bertanya kepada saya sandiri apa yang saya dengarkan selama berselancar di internet? atau selama jemari saya menari-nari di atas keyboard? Jawabnya TIDAK ADA !!! Mungkin bagi sobat-sobat yang suka music, selama beraktifitas dengan computer / laptop dan sejenisnya biasa memutar lagu-lagu kegemarannya baik secara offline maupun online.
Namun pernahkah kita berfikir selama kita beraktifitas alangkah lebih baiknya sambil mendengar bacaan Al-Qur'an ?
Oh yes,,,, good idea!!! Why? Di dalam ajaran Islam, bukan hanya membaca Al Qur'an saja yang menjadi ibadah dan amal yang mendapat pahala dan rahmat, tetapi juga mendengarkan bacaan Al Qur'an pun akan mendapat pahala.. Para ulama mengatakan, bahwa mendengarkan orang yang membaca Al Qur'an pahalanya sama dengan orang yang membacanya.
Salah satu ayat tentang pahala orang mendengarkan bacaan Al Qur'an dengan jelas dalam surat (7) Al A'raaf ayat 204 :
"Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."
Mendengarkan bacaan Al Qur'an dengan baik dapat menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan rahmat ALLAH, yang diberikan kepada orang yang mendengarkan bacaan Al Qur'an dengan baik.
Untuk yang berselancar di internet bagaimana? InsyaAllah kita tidak akan terpeleset ke situs-situs negatif.
Mulailah saya bertanya kepada Mbah Google, dimanakah saya bisa mendengarkan bacaan Al-Qur'an secara online???. Alhamdulillah didapatlah satu situs yang saya nilai cukup memenuhi kriteria, yaitu Qur'an Explorer.
Dalam Qur'an Explorer ada beberapa option, diantaranya surat apa dan dari ayat berapa sampai dengan ayat berapa yang akan kita dengarkan. Tombol Play, Pause dan Off ada di sudut kiri bawah. Kelebihan lain dari situs ini adalah bisa digunakan untuk kita belajar, dimana layar terbagi dua frame utama, sebelah kanan ayat-ayat Al-Qur'an dan sebelah kiri terjemahannya, Default terjemahan adalah bahasa Inggris, kita bisa ubah ke bahasa Indonesia. Cuma kalau bahasa Indonesia tidak ada dubbing terjemah. Auto scroll selama pembacaan, dsb.
Untuk mengaksesnya silahkan click image di bawah ini,
Selamat berselancar sambil mendengarkan bacaan Al-Qur'an,
*dan bagi yang mau download tinggal di-Play lalu download menggunakan software Internet Download Manager. ^^ "Ramadhan Momentum Perubahan"
Monday, August 20, 2012
Tipe Wanita yang Disunnahkan untuk Dilamar
Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, diantaranya:
- Wanita itu disunahkan seorang yang penuh cinta kasih. Maksudnya ia
harus selalu menjaga kecintaan terhadap suaminya, sementara sang suami
pun memiliki kecenderungan dan rasa cinta kepadanya.
Selain itu, ia juga harus berusaha menjaga keridhaan suaminya, mengerjakan apa yang disukai suaminya, menjadikan suaminya merasa tentram hidup dengannya, senang berbincang dan berbagi kasih sayang dengannya. Dan hal itu jelas sejalan dengan firman Allah Ta'ala,
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa kasih dan saying. (ar-Ruum:21).
- Disunahkan pula agar wanita yang dilamar itu seorang yang banyak
memberikan keturunan, karena ketenangan, kebahagiaan dan keharmonisan
keluarga akan terwujud dengan lahirnya anak-anak yang menjadi harapan
setiap pasangan suami-istri.
Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta'ala berfirman,
Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa'. (al-Furqan:74).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Menikahlah dengan wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat kelak. Demikian hadist yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa'I, al-Hakim, dan ia mengatakan, Hadits tersebut sanadnya shahih.
- Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu seorang yang masih gadis
dan masih muda. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab
Shahihain dan juga kiab-kitab lainnya dari hadits Jabir, bahwa Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepadanya,
Apakah kamu menikahi seorang gadis atau janda? dia menjawab,"Seorang janda."Lalu beliau bersabda, Mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat mencumbuimu?.
Karena seorang gadis akan mengantarkan pada tujian pernikahan. Selain itu seorang gadis juga akan lebih menyenangkan dan membahagiakan, lebih menarik untuk dinikmati akan berperilaku lebih menyenangkan, lebih indah dan lebih menarik untuk dipandang, lebih lembut untuk disentuh dan lebih mudah bagi suaminya untuk membentuk dan membimbing akhlaknya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda,
Hendaklah kalian menikahi wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan.
Demikian hadits yang diriwayatkan asy-Syirazi, dari Basyrah bin Ashim dari ayahnya, dari kakeknya. Dalam kitab Shahih al_Jami' ash_Shaghir, al-Albani mengatakan, "Hadits ini shahih."
- Dianjurkan untuk tidak menikahi wanita yang masih termasuk
keluarga dekat, karena Imam Syafi'I pernah mengatakan, "Jika seseorang
menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka kemungkinan
besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah."
- Disunahkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita yang
mempunyai silsilah keturunan yang jelas dan terhormat, karena hal itu
akan berpengaruh pada dirinya dan juga anak keturunannnya. Berkenaan
dengan hal tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscahya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).
- Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu taat beragama dan
berakhlak mulia. Karena ketaatan menjalankan agama dan akhlaknya yang
mulia akan menjadikannya pembantu bagi suaminya dalam menjalankan
agamanya, sekaligus akan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya,
akan dapat bergaul dengan keluarga suaminya.
Selain itu ia juga akan senantiasa mentaati suaminya jika ia akan menyuruh, ridha dan lapang dada jika suaminya memberi, serta menyenangkan suaminya berhubungan atau melihatnnya. Wanita yang demikian adalah seperti yang difirmankan Allah Ta'ala,
"Sebab itu, maka wanita-wanita yang shahih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminyatidak berada di tempat, oleh karena Allah telah memelihara mereka". (an-Nisa:34).
Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita shalihah". (HR. Muslim, Nasa'I dan Ibnu Majah).
- Selain itu, hendaklah wanita yang akan dinikahi adalah seorang
yang cantik, karena kecantikan akan menjadi dambaan setiap insan dan
selalu diinginkan oleh setiap orang yang akan menikah, dan kecantikan
itu pula yang akan membantu menjaga kesucian dan kehormatan. Dan hal itu
telah disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits
tentang hal-hal yang disukai dari kaum wanita.
Kecantikan itu bersifat relatif. Setiap orang mempunyai gambaran tersendiri tentang kecantikan ini sesuai dengan selera dan keinginannya. Sebagian orang ada yang melihat bahwa kecantikan itu terletak pada wanita yang pendek, sementara sebagian yang lain memandang ada pada wanita yang tinggi.
Sedangkan sebagian lainnya memandang kecantikan terletak pada warna kulit, baik coklat, putih, kuning dan sebagainya. Sebagian lain memandang bahwa kecantikan itu terletak pada keindahan suara dan kelembutan ucapannya.
Sumber:
http://pembinaanpribadi.blogspot.com/2011/11/tipe-wanita-yang-disunnahkan-untuk.html
Fikih Keluarga, Syaikh Hasan Ayyub, Cetekan Pertama, Mei 2001, Pustaka Al-kautsar
Label:
Akhwat,
keluarga,
Lamaran,
Pernikahan,
Sunnah
Sunday, August 19, 2012
Prasangka dan Pikiran Negatif
"Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujuraat: 12)
Sahabat, jauhilah prasangka. Sebab prasangka itu membutakan hati. Engkau tak akan bisa melihat kebaikan pada diri orang lain, seberapa benderang pun kebaikan itu. Sebab mata kitalah yang telah tertutup oleh hitamnya prasangka. Yang tampak hanyalah sisi buram dari setiap orang, setiap peristiwa, bahkan terkadang juga pada Ketetapan Allah. Lalu kita ini menjadi manusia yang sombong dan berjalan di atas keangkuhan. Meskipun kita sendiri merasa telah berada di jalan yang benar.
Sahabat, menyampaikan kebenaran keyakinan kita itu harus. Tapi menghargai keyakinan orang lain itu juga mesti. Biarlah manusia-manusia lain disekitar kita yang menilai dan memutuskan. Tugas kita hanyalah menyampaiakan kebenaran yang kita yakini dan membuktikannya dengan tindakan yang kita lakoni. Dan jika pun semua orang berbeda dengan keyakinan kita, maka disitulah ujian integritas diri yang sesungguhnya. Dan kita tak perlu terprovokasi. Tak perlu emosi. Apalagi hingga mencaci maki.
Sahabat, tak bisakah kita hidup dalam kesederhanaan? Sederhana dalam mencintai dan juga sederhana dalam membenci. Menyikapi perbedaan dengan lebih arif dan berjiwa besar. Menyambut kritikan dengan senyuman. Atau menjawab tuduhan dengan kesantunan. Sebab api yang dijawab dengan api pula hanya akan membakar apa saja disekitar kita. Padahal api itu membutuhkan air untuk menyiraminya. Memadamkan amarah agar terlihat hakikat persoalannya.
Prasangka yang diperturutkan berpotensi mendorong orang untuk mencari-cari kesalahan saudaranya, atau minimal menggunjingkannya. Dan hal ini dapat menjadi awal terputusnya tali persaudaraan.
Ada sebuah cerita bahwa ada sepasang suami isteri yang dikarunia bayi laki-laki yang sangat tampan, karena sayangnya, cinta kasih suami isteri tersebut tercurah sepenuhnya pada si bayi. hingga suatu ketika, si isteri menitipkan pengasuhan bayi tersebut pada suaminya saat ia hendak pergi mandi.
Saat sedang mengasuh bayi kecilnya, datanglah seorang utusan yang meminta bapak itu untuk segera menghadap raja. Dengan segera si bapak bergegas pergi, dan meninggalkan bayinya di tengah rumah. beruntung keluarga ini memiliki tupai cerdik yang dengan setia menunggui sang bayi.
Tak lama kemudian muncul seekor ular berbisa yang hendak memangsa si bayi. Maka terjadilah pertempuran sengit antara tupai dengan ular, hingga akhirnya si ular terbunuh dengan leher hampir putus.
Beberapa saat berlalu, bapak itu pulang ke rumah. Ia sangat terkejut melihat sang tupai menerobos dari balik pintu dengan mulut berlumuran darah. Dalam hatinya, timbul prasangka bahwa tupai peliharaannya telah berbuat jahat pada putranya. Tanpa berpikir panjang, lelaki itu menghujamkan tongkatnya ke kepala tupai. binatang malang itu pun mati seketika dengan kepala hancur.
Namun, tatkala masuk ke dalam rumah, ia mendapati bayinya masih dalam keadaan sehat. Dan disampingnya tergolek bangkai seekor ular berbisa berlumuran darah. Lelaki itu segera sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya: membunuh tupai yang nyata–nyata telah menyelamatkan nyawa anaknya.
Kisah yang diungkapkan Ibn Al-Muqaffa’ dalam Kalilah wa Dimnah (Fabel–Fabel Kehidupan) tersebut menggambarkan bahwa prasangka selalu membawa penyesalan serta akibat yang tidak menyenangkan. Bila sudah berprasangka orang akan “merasa” dan “bertindak” tanpa landasan yang kuat, sehingga apa yang dilakukannya tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Sahabat, jauhilah prasangka. Sebab prasangka itu membutakan hati. Engkau tak akan bisa melihat kebaikan pada diri orang lain, seberapa benderang pun kebaikan itu. Sebab mata kitalah yang telah tertutup oleh hitamnya prasangka. Yang tampak hanyalah sisi buram dari setiap orang, setiap peristiwa, bahkan terkadang juga pada Ketetapan Allah. Lalu kita ini menjadi manusia yang sombong dan berjalan di atas keangkuhan. Meskipun kita sendiri merasa telah berada di jalan yang benar.
Sahabat, menyampaikan kebenaran keyakinan kita itu harus. Tapi menghargai keyakinan orang lain itu juga mesti. Biarlah manusia-manusia lain disekitar kita yang menilai dan memutuskan. Tugas kita hanyalah menyampaiakan kebenaran yang kita yakini dan membuktikannya dengan tindakan yang kita lakoni. Dan jika pun semua orang berbeda dengan keyakinan kita, maka disitulah ujian integritas diri yang sesungguhnya. Dan kita tak perlu terprovokasi. Tak perlu emosi. Apalagi hingga mencaci maki.
Sahabat, tak bisakah kita hidup dalam kesederhanaan? Sederhana dalam mencintai dan juga sederhana dalam membenci. Menyikapi perbedaan dengan lebih arif dan berjiwa besar. Menyambut kritikan dengan senyuman. Atau menjawab tuduhan dengan kesantunan. Sebab api yang dijawab dengan api pula hanya akan membakar apa saja disekitar kita. Padahal api itu membutuhkan air untuk menyiraminya. Memadamkan amarah agar terlihat hakikat persoalannya.
Prasangka yang diperturutkan berpotensi mendorong orang untuk mencari-cari kesalahan saudaranya, atau minimal menggunjingkannya. Dan hal ini dapat menjadi awal terputusnya tali persaudaraan.
Ada sebuah cerita bahwa ada sepasang suami isteri yang dikarunia bayi laki-laki yang sangat tampan, karena sayangnya, cinta kasih suami isteri tersebut tercurah sepenuhnya pada si bayi. hingga suatu ketika, si isteri menitipkan pengasuhan bayi tersebut pada suaminya saat ia hendak pergi mandi.
Saat sedang mengasuh bayi kecilnya, datanglah seorang utusan yang meminta bapak itu untuk segera menghadap raja. Dengan segera si bapak bergegas pergi, dan meninggalkan bayinya di tengah rumah. beruntung keluarga ini memiliki tupai cerdik yang dengan setia menunggui sang bayi.
Tak lama kemudian muncul seekor ular berbisa yang hendak memangsa si bayi. Maka terjadilah pertempuran sengit antara tupai dengan ular, hingga akhirnya si ular terbunuh dengan leher hampir putus.
Beberapa saat berlalu, bapak itu pulang ke rumah. Ia sangat terkejut melihat sang tupai menerobos dari balik pintu dengan mulut berlumuran darah. Dalam hatinya, timbul prasangka bahwa tupai peliharaannya telah berbuat jahat pada putranya. Tanpa berpikir panjang, lelaki itu menghujamkan tongkatnya ke kepala tupai. binatang malang itu pun mati seketika dengan kepala hancur.
Namun, tatkala masuk ke dalam rumah, ia mendapati bayinya masih dalam keadaan sehat. Dan disampingnya tergolek bangkai seekor ular berbisa berlumuran darah. Lelaki itu segera sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya: membunuh tupai yang nyata–nyata telah menyelamatkan nyawa anaknya.
Kisah yang diungkapkan Ibn Al-Muqaffa’ dalam Kalilah wa Dimnah (Fabel–Fabel Kehidupan) tersebut menggambarkan bahwa prasangka selalu membawa penyesalan serta akibat yang tidak menyenangkan. Bila sudah berprasangka orang akan “merasa” dan “bertindak” tanpa landasan yang kuat, sehingga apa yang dilakukannya tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Pantas bila Rasullullah SAW menyamakan prasangka dengan kedustaan. “Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta,” demikian bunyi hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah.
Dalam Al Quran, Allah SWT dengan tegas
melarang hamba-Nya untuk berprasangka buruk (su’udzhan). “Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari
prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al Hujuraat 12).
Mengomentari ayat tersebut Ibnu Katsir dalam
tafsirnya mengungkapkan bahwa Allah SWT melarang orang-orang beriman
berprasangka buruk (su’udzhan), yaitu melakukan tuduhan dan sangkaan terhadap
keluarga, kerabat, ataupun siapa saja yang tidak pada tempatnya, karena hal itu
termasuk perbuatan dosa. “Maka jauhilah banyak prasangka itu sebagai sebuah
kewaspadaan,” ungkap Ibnu Katsir lebih lanjut.
Abdul Hamid Al-Bilali mengungkapkan bahwa
prasangka tidak akan terlepas dari dua kondisi:
Kondisi pertama, untuk sesuatu yang dapat
diketahui dan diperkuat dengan dalil dan bukti-bukti. Sangkaan atau dugaan
dalam kondisi ini boleh untuk dijadikan hukum. bahkan, sebagian besar
hukum-hukum syariah dibentuk atas dasar praduga semacam itu, seperti qiyas,
riwayat satu orang, dan dan sebagainya seperti nilai-nilai kebaikan dan
undang-undang peradilan.
Kondisi kedua, adalah prasangka atau praduga
yang tidak berlandaskan dalil dan bukti-bukti. Kondisi semacam ini tidak lebih
dari dugaan kosong belaka, dan tidak layak dijadikan landasan untuk menerapkan
hukum. Sebenarnya, prasangka jenis kedua inilah yang tidak dilandaskan pada
bukti yang akurat dan korelasi dominan, dan tidak boleh kita lakukan dan wajib
hukumnya untuk kita jauhi.
Pertanyaannya, mengapa Allah dan Rasul-Nya
melarang kita berprasangka (buruk)? Islam adalah ajaran yang lebih mendahulukan
pencegahan dari pada pengobatan. Islam akan bersikap tegas dalam memotong
hal-hal yang berpotensi menimbulkan mudharat yang lebih besar. Demikian pula
dengan prasangka. Walau tak tampak secara langsung di permukaan, tapi ia
berpotensi menggiring manusia pada perbuatan dosa yang lebih besar.
Prasangka dapat pula melahirkan sikap munafik.
Dalam arti apa yang diucapkan dan dilakukan bertentangan dengan kehendak hati.
Lain di bibir lain di hati. Bisa jadi saat berinteraksi dengan orang yang kita
sangkai, kita berkata sesuatu padahal hati kita menyangkal atau meragukannya.
Prasangka dapat bisa menyebabkan orang berdusta dan mengabaikan amanah
khususnya dari orang yang diprasangkai. Padahal, kemunafikan adalah perbuatan
yang sangat dibenci oleh Allah.
Yang tak kalah bahayanya, prasangka bisa
membuat hubungan interpersonal menjadi kurang hangat. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
mengatakan bahwa semua amal dan prilaku diawali oleh persepsi dan cara pandang
seseorang.
Prasangka buruk hakikatnya adalah pikiran
negatif. Dan, perilaku seseorang sangat ditentukan oleh pikirannya. Karena itu,
ketika seseorang berprasangka buruk, maka setiap gerak dan prilakunya akan
menampakkan hal yang buruk juga. Termasuk raut muka, gerak tabuh, ucapan, dan
tingkah lakunya.
Prasangka timbul akibat tidak lengkapnya
informasi yang sampai tentang seseorang. Akibatnya si penerima informasi hanya
menduga-duga bahwa orang yang dilihatnya seperti A, B, atau C. Tidak ada
kepastian. Karena itu, cara efektif untuk meminimalisasi prasangka adalah
dengan menyerap informasi secara lengkap, tidak sepotong-potong. Dalam
bahasanya Aa Gym, informasi yang diserap harus memenuhi kriteria BAL (benar,
akurat, dan lengkap).
Kedua, prasangka bisa timbul karena pencitraan
buruk terhadap seseorang. Karena itu Allah SWT merancang “formula tabayyun”
agar umatnya tidak jatuh pada prasangka akibat kedengkian orang-orang fasik.
Difirmankan, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujuraat : 6).
Tabayyun dapat diartikan sebagai klarifikasi,
uji kebenaran, atau mengecek ulang tentang kebenaran sebuah berita. Sikap
kritis itu diperlukan untuk menghindari fitnah yang akhirnya akan menimbulkan
penyesalan dikemudian hari sebagai dampak dari informasi yang salah.
Ketiga, prasangka timbul dan akan tumbuh subur
dalam hati yang kotor. Maka, langkah paling mendasar untuk meminimalisasi
lahirnya prasangka adalah dengan menjaga kesucian hati. Sayyid Quthb dalam Fi
Zhilalil Quran mengungkapkan bahwa putihnya hati yang tidak tercoreng prasangka
buruk akan membebaskan manusia dari kegamangan dan keraguan; juga melahirkan
ketenangan yang tidak tercemari kekhawatiran. “Alangkah indah kehidupan yang
terbebas dari prasangka dan praduga kosong!,” demikian ungkapnya.
Melihat fenomena kita di Indonesia sekarang
ini sangatlah banyak hal-hal yang negatip muncul akibat prasangka tadi,
contohnya saudara sekandung bisa saling bunuh, orang tua dan anak demikian
juga, bahkan antara sesama teman juga terjadi demikian. Dan memang dampak dari
sifat ini sangatlah merugikan. Marilah kita introspeksi diri kita agar jangan
sampai jatuh dalam sifat jelek tersebut. ?
Subscribe to:
Posts (Atom)
Mario Teguh's Quotes
Quotes
Traffic Exchange
EasyHits4U.com - Your Free Traffic Exchange - 1:1 Exchange Ratio, 5-Tier Referral Program. FREE Advertising!